Penurunan Stunting: Tantangan dan Upaya Pemerintah Daerah

Menurut SSGI 2022, prevalensi Stunting di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 26,9%, dan menurut SKI 2023, prevalensinya menurun menjadi 23,5%.

Penurunan Stunting: Tantangan dan Upaya Pemerintah Daerah
Kepala Dinas Kesehatan Kalteng, Suyuti Syamsul.

Palangka Raya - Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, Suyuti Syamsul, mengumumkan bahwa tren Stunting pada balita di seluruh Indonesia telah menurun. Provinsi Kalimantan Tengah bahkan termasuk dalam lima provinsi dengan penurunan antara 3-8%. 

Menurut SSGI 2022, prevalensi Stunting di Provinsi Kalimantan Tengah adalah 26,9%, dan menurut SKI 2023, prevalensinya menurun menjadi 23,5%. 

“Dari 14 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah, empat di antaranya mengalami peningkatan prevalensi Stunting, seperti Kotawaringin Timur, Sukamara, Katingan, Palangka Raya,” ungkap Suyuti, Kamis (30/5).

Suyuti menambahkan berkaitan dengan masalah AKI, AKB, dan Stunting di Provinsi Kalimantan Tengah, pemerintah daerah menghadapi beberapa masalah kesehatan, seperti disparitas status kesehatan, penyebaran penyakit yang tinggi, kinerja pelayanan kesehatan yang buruk, pola hidup tidak sehat, kondisi lingkungan yang buruk, kualitas pelayanan kesehatan yang rendah, tidak merata dan sulit dijangkau, ketersediaan tenaga kesehatan yang terbatas dan tidak merata, dan kesehatan penduduk miskin yang buruk.

Mengamati masalah ini, Kementerian Kesehatan memberlakukan perubahan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2022-2024. Perubahan ini mencerminkan prinsip dan tujuan transformasi kesehatan sebagai salah satu inovasi untuk mencapai target nasional serta Sustainable Development Goals tahun 2030 di bidang kesehatan terkait KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, gaya hidup sehat, dan penguatan sistem kesehatan.

Dalam hal ini, Provinsi Kalimantan Tengah akan melakukan kegiatan yang menjadi prioritas nasional untuk mencapai target dalam menjawab tantangan terhadap kualitas KIA. 

“Hal ini dilakukan agar kualitas kesehatan ibu dan anak dapat terjamin dan terarahkan,” pungkasnya.

Ikuti Nusapaper.com di Google News untuk mendapatkan berita terbaru.