Rupiah Menguat Tipis di Tengah Harapan Perdagangan Global dan Stabilitas Kebijakan Dalam Negeri
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan dolar AS menjadi pendorong utama penguatan tipis rupiah.

Jakarta – Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis sebanyak 6 poin ke posisi Rp16.449 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan Selasa (6/5), setelah sebelumnya sempat melemah hingga ke level Rp16.455 per dolar AS. Penguatan ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan internal, termasuk meredanya tekanan dari dolar AS dan optimisme terhadap kebijakan fiskal pemerintah.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan dolar AS menjadi pendorong utama penguatan tipis rupiah. Hal ini menyusul pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menegaskan bahwa kebijakan tarif, pemotongan pajak, dan deregulasi era Presiden Donald Trump akan diarahkan untuk mendorong investasi jangka panjang di Amerika Serikat.
Selain itu, ekspektasi positif terhadap kemajuan perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok dalam waktu dekat turut menambah sentimen positif bagi pasar keuangan global.
“Tiongkok minggu lalu menyatakan kesiapan untuk dialog yang tulus, asalkan tarif sepihak dihapus. Ini memberi harapan bahwa ketegangan dagang dapat mereda,” ujar Ibrahim.
Dari sisi kebijakan moneter, investor kini menantikan sinyal dari Ketua The Fed, Jerome Powell, terkait arah suku bunga ke depan. Bank sentral AS diperkirakan masih akan menerapkan pendekatan wait and see di tengah ketidakpastian tarif dan perlambatan ekonomi global.
Sementara dari dalam negeri, sentimen positif muncul dari optimisme pasar terhadap keberlanjutan percepatan belanja pemerintah. Ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% secara tahunan pada kuartal I 2025, meskipun konsumsi pemerintah masih mencatat kontraksi sebesar 1,38% (YoY) akibat penyesuaian anggaran awal tahun.
Kebijakan seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan rencana peningkatan alokasi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) juga menjadi indikator bahwa pemerintah terus memperkuat sektor-sektor strategis guna menstimulasi permintaan domestik.
“Dalam menghadapi ketidakpastian global yang berdampak pada ekonomi domestik, perlu dilakukan pemantauan secara berkala dan upaya mitigasi secara konsisten,” kata Ibrahim menutup keterangannya.
Selanjutnya, fokus investor tertuju pada rilis data neraca perdagangan dan inflasi indeks harga konsumen AS pada Jumat mendatang, yang berpotensi mempengaruhi arah pasar dan nilai tukar global.